Postingan

Sura Undangan by Repetisi Hia

Cipt : Yunus Gea Hadia zalagu akhigu Waso dödömö wangaetu Ö taba wa afao mbulu Wa’omasimö khögu Asio saekhu ba nidanö La’izu nitanö ba lökhö Lö sa’ae tola mowua Zino irai tafatunö Meno latawi garamba Tefalua khömö gowasa Hatö töimö ni’ila So ba zura undangan Ufagokhö khögu danga Hatö fatangisa mboha Tödögu hulö zalau Moroi ba nohi salawa Reff: Akhi… hawa öbe ayagu Dima aya duha sobou ba hogu Akhi… hawa öfawu’u li Öbe khögu mbalaki silo ba weti Hafaniasa khögu Me u’ehao manaze doi famunugu Fondara dödögu Lö ugesi madala sambö tangagu

Amaedola ba Li Nono Niha: Peribahasa Masyarakat Nias (2)

Ya'ahowu fefu. Berikut beberapa peribahasa masyarakat Nias: ----- Hulö harita Olifu ia gulinia Eluahania/artinya: "Seseorang yang melupakan asal usulnya (orangtua/keluarga/masyarakat/suku) setelah mendapatkan kemakmuran" ----- Hulö zole ba ewali So telögu ba so terigawa Eluahania/artinya: "Kehidupan manusia dinamis, ada waktu senang/bahagia ada waktu sedih" ----- Hulö la'asioni gola Lö falemba asio Eluahania/artinya: "Orang bebal/tidak menerima dan melaksanakan nasihat orang lain" ----- Hulö zanihoi tugala Anai zazizi moroi ba zi tetaru Eluahania/artinya: "Pekerjaan yang hasilnya kurang baik" ----- Hulö mbu mbisi Lö atabö ba lö afuo Eluahania/artinya: "Persahabatan hendaknya jangan terlalu rapat dan jangan terlalu jauh" Semoga bermanfaat dan menambah ilmu temtang peribahasa masyarakat Nias. Saohagölö.

Amaedola ba Li Nono Niha: Peribahasa Suku Nias

Ya'ahowu talifusö fefu. Berikut beberapa peribahasa (Amaedola) dalam bahasa Nias: ----- Hulö muhede mburu'u kökö Ha ba mböröta muhöngö-högö Ba zafuria taya manö Eluahania/artinya: "Rencana yang telah dipublikasikan luas, namun tidak terlaksana/terealisasikan". ----- Ligi-ligi siliwi, fa lö tofesu mbagi Hese-hese nazese, fa lö tofesu gahe Eluahania/artinya: "Berhati-hatilah dalam bertindak". ----- Samösa zi manga na'a Samösa zi göna gitö Eluahania/artinya: "Seorang yang melakukan kesalahan, orang lain yang menanggung akibatnya". ----- Hulö zogohi boroe Fatambu nigoni ba fatambu zogoni Eluahania/artinya: "Pihak yang kalah maupun yang menang, sama-sama menanggung resiko/akibat". ----- Semoga bermanfaat dan menambah ilmu tentang Peribahasa Nias (Amaedola)

Wilhelm Heinrich Sundermann, Transletor Alkitab dalam Bahasa Nias

Gambar
Sundermaan Wilhelm Heinrich Sunderman (1849-1919) adalah seorang ahli bahasa, penyebar agama Kristen di Nias, dan Dokter Kehormatan dari Martin Luther University Halle-Wittenberg. Lahir di Ladbergen, 24 Oktober 1849. Sundermann dikenal karena keberhasilannya menyusun Soera Ni'amoni'o, Alkitab terjemahan berbahasa Nias. Sundermann mengikuti pelatihan seminari Rheinische Missiionsgesellschaft (RMG) di Barmen, antara tahun 1871-1875. Setelah itu, ia pun berangkat ke Nias untuk mengabarkan Injil disana. Selama di Nias, Sundermann memusatkan perhatiannya untuk belajar bahasa Nias dan merumuskan tata bahasanya. Pada tahun 1882, ia pun mendirikan sebuah sekolah guru di Dahana. Sundermann berada di Nas sampai tahun 1910. Pada tahun 1909, seluruh isi Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru selesai diterjemahkannya ke dalam bahasa Nias. Inilah karya terbesarnya untuk Pelayanan Injil di Nias. Terjemahan ini kemudian diterbitkan oleh Nederlandsch Bijbelgenootschap (Komunitas Alkitab

Famura, Senjata Api Kuno Prajurit Nias

Gambar
Ya'ahowu talifuso fefu Famura (Bahasa Inggris: Blunderbuss) adalah senjata api kuno yang banyak dipakai oleh para prajurit Nias pada abad ke-19. Famura termasuk senjata berkaliber besar, bentuknya menyerupai pipa dengan ujung laras yang mengembang. Senjata ini sangat efektif untuk pertempuran jarak dekat. Famura di Nias, pada gagangnya dihiasi dengan ukiran yang indah untuk menambah nilai magis dan kewibawaan bagi senjata tersebut. Di daratan Sumatra juga dikenal senjata serupa yang disebut Pemuras. Kemungkinan besar istilah Famura diambil dari kata ini. Amunisi Amunisi yang digunakan Famura, biasanya berupa peluru bundar dari timah atau logam lainnya dan belum memakai selongsong. Bubuk mesiu dan peluru dimasukan kedalam laras Famura, lalu ketika pelatuknya ditarik, bubuk mesiu berfungsi sebagai pencetus ledakan yang akan mendorong amunisi keluar. Karena akurasinya yang tidak terlalu baik, Famura lebih banyak digunakan untuk pertahanan. Sejarah Famura kemungk